Dampak Program Lokadesa: Dari Terkena PHK, Belajar Bertani Hingga Punya Penghasilan Sendiri
Setelah kehilangan pekerjaannya sebagai sopir truk di perusahaan kelapa sawit, Pak Juliadi menghadapi masa-masa yang penuh ketidakpastian. Tidak ada lagi penghasilan tetap. Tidak punya pengalaman bertani. Bahkan, ia pun tidak memiliki lahan pertanian sendiri. Situasi ini membuatnya bingung harus mulai dari mana. Namun hidupnya perlahan berubah ketika ia bertemu dengan Ibu Fauziah, fasilitator program ekonomi Lokadesa.
Program ini bukan sekadar ajakan untuk bertani atau pelatihan sesaat. Lokadesa hadir dengan pendampingan yang menyeluruh, dan berkelanjutan. Pak Juliadi bukan hanya diberi teori, tapi benar-benar dibimbing di lapangan. Ia belajar dari nol: mulai dari pengolahan tanah, cara menanam yang ramah lingkungan, hingga pemasaran hasil panen. Lokadesa juga memberikan bantuan akses alat, benih, serta pendampingan teknis harian yang membuat proses belajar lebih terarah dan terasa dekat.
Hasilnya pun tak sebatas perubahan di lahan, tapi juga dalam hidup beliau. Kini Pak Juliadi berhasil mengelola lahan pertanian organik di Desa Cot Buket, Kabupaten Bireuen, Aceh, dengan tingkat keberhasilan mencapai 80%. Sayur bayam dan kangkung hasil tanamannya tumbuh subur dan diminati oleh pasar lokal. Setiap hari, ia mampu menjual 100 hingga 200 ikat sayuran. Pemasukan ini cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarganya dan menjadi sumber penghasilan yang stabil.
Program pertanian Lokadesa hadir untuk menciptakan perubahan dari akar. Dengan pendampingan yang intensif, pengetahuan praktis, dan dukungan akses yang adil, masyarakat desa diberi ruang untuk berkembang sesuai potensi mereka. Cerita Pak Juliadi bukan yang pertama, dan tentu bukan yang terakhir. Inilah bukti bahwa ketika desa diberdayakan dengan sungguh-sungguh, harapan bisa tumbuh kembali dan keberkahan pun ikut mengalir.