Sumedang, 24 Juni 2025 – Tak ada lahan yang dibiarkan kosong. Begitulah semangat yang diterapkan oleh Cep Iting dan keluarganya dalam mengelola kebun mereka di Desa Kertamukti, Kecamatan Tanjungkerta, Sumedang.
Setelah dua kali panen timun, lahan mereka tak dibiarkan menganggur. Kali ini, strategi tumpang sari diterapkan: jagung manis dan cabe cengek ditanam bersamaan, memaksimalkan setiap jengkal tanah yang ada. Langkah ini tak hanya cerdas secara teknis, tetapi juga ekonomis.
“Alhamdulillah hari ini saya panen cabe cengek untuk kedua kalinya, 10 kg. Harga pasar Rp 25.000/kg. Sangat membantu kami menambah penghasilan pasca panen timun,” ujar Ibu Iting, istri dari Cep Iting.
Kunjungan Lokadesa kali ini menjadi ajang pemantauan dan penguatan dukungan kepada petani desa. Fasilitator lapangan, Dudun Durohim, turut melihat langsung perkembangan strategi tanam berlapis yang dilakukan oleh Cep Iting.
Tumpang sari bukan sekadar pola tanam. Ia adalah bentuk investasi berkelanjutan. Petani lokal seperti Cep Iting membuktikan bahwa dengan perencanaan yang tepat, lahan kecil pun bisa menjadi sumber penghidupan yang terus mengalirkan hasil.
Dengan langkah ini, Lokadesa berharap masyarakat desa semakin menyadari potensi ekonomi dari pengelolaan lahan cerdas dan berkelanjutan.