About Us

About Us
Lorem Ipsum is simply dummy text of the printing and typesetting industry.

Contact Info

684 West College St. Sun City, United States America, 064781.

(+55) 654 - 545 - 1235

info@corpkit.com

Stimulus Ekonomi (Rakyat) Kurban, Sudah Berlalu?

Stimulus Ekonomi (Rakyat) Kurban, Sudah Berlalu?

Pemerintah Indonesia pada tahun 2025 meluncurkan kebijakan stimulus ekonomi baru dengan total anggaran sebesar Rp24,4 triliun. Dana ini dialokasikan untuk enam program utama: diskon tarif transportasi publik, bantuan sosial, subsidi listrik, bantuan pangan, tunjangan upah bagi pekerja berpendapatan rendah, serta insentif fiskal. Kebijakan ini bertujuan mendorong konsumsi rumah tangga dan menjaga pertumbuhan ekonomi nasional di tengah ketidakpastian global. Seperti dikutip Financial Times (6 Juni 2025), stimulus ini merupakan strategi pemerintah untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5% tahun ini.

Namun, di waktu yang hampir bersamaan, umat Muslim Indonesia baru saja melewati momen spiritual dan sosial yang sangat besar: Idul Adha. Ibadah kurban yang dilaksanakan masyarakat ternyata menyimpan kekuatan ekonomi yang tak kalah signifikan. Jika stimulus pemerintah merupakan penggerak ekonomi dari atas ke bawah (top-down), maka kurban hadir sebagai stimulus ekonomi dari bawah ke atas (bottom-up) kontribusi langsung dari masyarakat untuk masyarakat.

Kurban: Ibadah dengan Dimensi Luas

Kurban adalah ibadah yang memiliki dimensi spiritual, sosial, dan ekonomi. Dari sisi spiritual, kurban merupakan wujud ketakwaan dan pengorbanan kepada Allah SWT. Secara sosial, ia mempererat solidaritas dengan membagikan daging kepada mereka yang membutuhkan. Sementara dari sisi ekonomi, kurban merupakan pengeluaran tahunan yang berdampak besar terhadap perputaran uang, khususnya dalam sektor peternakan rakyat, transportasi, dan distribusi pangan.

Menurut riset Indonesia Development and Islamic Studies (IDEAS), potensi ekonomi kurban Indonesia pada 2025 diperkirakan mencapai Rp27,1 triliun. Angka ini memang mengalami penurunan dibandingkan tahun 2024 yang mencapai Rp28,3 triliun. Penurunan juga terlihat dari jumlah pekurban yang menurun dari 2,16 juta menjadi 1,92 juta orang. Meski begitu, angka tersebut tetap mencerminkan kontribusi ekonomi yang sangat besar dan layak dikategorikan sebagai “stimulus ekonomi rakyat”.

BACA JUGA  Lokakurban 2025 di Banjaran Wetan: 30 Kambing Disembelih, Warga dan Peternak Rasakan Manfaatnya

Secara nasional, potensi hewan kurban diperkirakan mencapai sekitar 2,3 juta ekor, terdiri atas 1,79 juta kambing/domba dan 514.000 sapi. Ini adalah angka masif yang menunjukkan bahwa kurban bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga penggerak ekonomi yang merata dari desa hingga kota.

Siapa yang Harus Makin Terlibat?

Melihat potensi tersebut, sudah saatnya semua pemangku kepentingan memandang kurban sebagai bagian dari agenda pembangunan ekonomi berkelanjutan.

Ulama dan tokoh agama memiliki peran penting dalam meningkatkan pemahaman masyarakat tentang keutamaan kurban. Edukasi keagamaan yang menyentuh dan kontekstual akan mendorong partisipasi yang lebih luas, termasuk dari generasi muda dan kelas menengah urban.

Pemerintah perlu mengambil peran lebih strategis dalam menjamin keberlanjutan sektor peternakan rakyat. Langkah-langkah seperti membuka akses pasar, memperbaiki infrastruktur mobilitas ternak, mendorong pemuliaan genetik, serta memberi kemudahan akses permodalan, menjadi penting. Tak kalah penting, integrasi antara peternakan dan pertanian skala rumah tangga serta penguatan kelembagaan lokal akan memperkuat posisi peternak rakyat menghadapi tantangan seperti persaingan dengan daging impor.

Pelaku usaha peternakan juga dituntut untuk terus berinovasi, baik dari sisi kualitas ternak, efisiensi produksi, maupun sistem distribusi. Pemanfaatan teknologi digital yang relevan dapat meningkatkan skala usaha dan menarik minat generasi muda untuk berkecimpung di sektor ini.

Peran Lokadesa: Menghubungkan Rantai Nilai

Dalam ekosistem kurban, Lokadesa sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat desa yang berfokus pada isu pangan, lingkungan, dan air, memiliki peran strategis. Lokadesa menjalankan dua fungsi utama: memberdayakan peternak dan memfasilitasi calon pekurban. Komoditas ternak seperti domba, kambing, dan sapi memang menjadi pilihan yang umum dalam program pemberdayaan karena keterkaitannya yang erat dengan komoditas pertanian.

BACA JUGA  Hello world!

Namun tantangan utamanya adalah bagaimana memastikan ternak-ternak tersebut terserap pasar. Kurban menjadi salah satu momentum utama untuk menjawab tantangan tersebut. Dengan pendekatan yang inklusif, Lokadesa meningkatkan kapasitas peternak melalui pelatihan dan pendampingan. Di saat yang sama, Lokadesa menjadi platform yang memudahkan masyarakat khususnya kelas menengah urban untuk mengakses hewan kurban secara adil, transparan, dan aman.

Dari Perspektif Konsumen

Dari sisi konsumen, kesadaran keagamaan yang meningkat juga mendorong tumbuhnya keinginan untuk berkurban. Namun, perencanaan keuangan menjadi kunci agar niat tersebut dapat terwujud. Salah satu inovasi yang patut diuji adalah program Tabungan Kurban, yaitu sistem menabung untuk kurban sepanjang tahun. Program ini memungkinkan distribusi beban finansial secara ringan dan terukur. Selain itu, tabungan kurban juga membuka peluang partisipasi lebih luas, bahkan mendorong seseorang untuk berkurban lebih dari satu ekor.

Kesimpulan

Kurban bukan sekadar ibadah tahunan. Ia adalah kekuatan ekonomi rakyat. Dalam kondisi ekonomi yang penuh tantangan, perhatian serius terhadap kurban bisa menjadi bagian dari solusi strategis pembangunan. Bila stimulus pemerintah digerakkan melalui APBN, maka kurban adalah bentuk “APBN rakyat”—yang mengalir dari hati, melalui kantong, dan berakhir di dapur masyarakat yang membutuhkan.

Sudah seharusnya kurban tidak hanya dirayakan sebagai ritus spiritual, tetapi juga dirancang sebagai instrumen pemberdayaan ekonomi. Terlebih lagi, jika negara ikut mengambil peluang global seperti pengadaan hewan kurban (DAM) untuk jamaah haji di Arab Saudi, dengan distribusi yang bersumber dari peternak rakyat Indonesia.

Noor Yahya, Direktur Lokadesa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*